Sabtu, 31 Maret 2012

komunikasi keperawatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini profesi perawat semakin marak.banyak yang membutuhkan tenaga perawat. Baik di Rumah sakit, balai pengobatan maupun di puskesmas. Untuk menjadi perawat yang profesional dibutuhkan keterampilan dari segi kemampuan komunikasi ataupun skill dalam merawat pasien. Agar tujuan bisa tercapai, perlu adanya komunikasi yang lancar antara pasien dengan perawat. Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien disebut komunikasi secara terapeutik.
Tujuan dari komunikasi ini adalah membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran serta mengurangi keraguan pada diri pasien. Agar pasien lebih terbuka sehingga proses penyembuhan dapat berjalan secara efektif.
Komunikasi juga dapat dilakukan oleh penderita buta dan tuli, dengan mengtahui tehnik komunikasi dapat mengtahui maksut dan tujuan seseorang yang mengalami gangguan pendengaran dan penglihtan.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Komunikasi?
2.      Bagaimana Teknik-Tehnik Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta dan Pendengaran?
3.      Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan komunikasi?


1.3             Tujuan penulisan
Adapun Tujuan Penulisan Yaitu:
1.      Untuk mengetahui pengertian Komunikasi
2.      Untuk mengetahui Bagaimana teknik-Tehnik Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta dan Pendengaran
3.      Untuk mengetahui Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan komunikasi

1.4             Manfaat Penulisan
1.      Kita dapat mengetahui pengertian Komunikasi
2.      Kita dapat mengetahui Bagaimana teknik-Tehnik Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta dan Pendengaran
3.      Kita dapat mengetahui Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan komunikasi




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi
Menurut Depkes RI tahun 2001 komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan persamaan pikiran antara pengirim dan penerima pesan.Menurut Dale Yoder dkk,kata communications berasal dari sumber yang sama seperti kata common yang berarti bersama,bersama-sama dalam membagi ide.
Berdasarkan tempatnya komunikasi bisa terjadi dimana saja.Baik dalam kehidupan sehari-hari (komunikasi informal) hingga komunikasi yang bersifat resmi (komunikasi formal).Dunia kesehatan juga tidak lepas dari komunikasi.Komunikasi di dunia kesehatan bisa terjadi sesama rekan kerja,perawat dengan klien maupun sebaliknya.
Komunikasi yang terjadi di dunia kesehatan sering juga disebut dengan komunikasi secara terapeutik.Komunikasi terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Dalam melakukan komunikasi tiap pasien mempunyai tingkat kesulitan masing-masing.Contohnya pada pasien dengan gangguan kebutaan tentu saja akan berbeda jika dibandingkan dengan pasien biasa.dibutuhkan teknik khusus untuk membangun kepercayaan antara pasien dengan perawat.

2.2 Tehnik Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta
A.      Klien dengan Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi  antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
B.      Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
  1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya
  2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama  (dan peran) anda
  3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien
  4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien
  5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi
  6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya
  7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru.

v  Macam-Macam Penyakit Mata
v  Hambatan Komunikasi Pada Klien Yang Buta
  • Buta warna : Orang yang menderita buta warna tidak mampu membedakan warna dengan baik. Bagi seorang penderita buta warna, yang nampak hanya warna hitam, putih , abu abu. Buta warna pada umumnya merupakan penyakit keturunan.
  • Rabun jauh : Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan baik  benda benda yang jaraknya jauh, tetapi tidak dapat melihat dengan baik benda benda yang jaraknya dekat. Penderita rabun jauh dapat ditolong  dengan mempergunakan kacamata dengan lensa cembung.
  • Rabun dekat : Orang yang menderita rabun dekat, dapat melihat dengan baik benda benda yang jaraknya dekat, tetapi tidak dapat melihat dengan baik benda benda yang jaraknya jauh. Penderita rabun dekat, dapat ditolong  dengan mempergunakan kacamata dengan lensa cekung. Perlu diingat, kebiasaan membaca terlalu dekat pada anak anak dapat mempercepat terjadinya penyakit rabun dekat.
  • Rabun senja (Xeroptalmia) : Orang yang menderita rabun senja, tidak dapat melihat dengan jelas mulai pada waktu senja. Penderita rabun senja banyak menimpa anak anak balita. Pada era tahun 1960 -1970 banyak anak anak yang menderita rabun senja. penyebabnya karena kekurangan vitamin A .
  • Astigmatis : Orang yang menderita astigmatis, tidak dapat melihat benda dengan jelas. Semua benda yang dilihat akan nampak kabur seperti photo yang tidak tepat fokusnya.  Penyakit ini disebabkan  oleh kelainan/kerusakan dari kornea.
  • Juling : Orang yang menderita penyakit ini mudah dikenal, karena biasanya penderita sulit mengarahkan kedua biji matanya kesatu arah.
  • Retinopatia diabetes : Tajam penglihatan perlahan-lahan menurun. Pada retina terlihat eksudat berwarna kekuning-kuningan yang memperlihatkan tanda-tanda akan bergabung menjadi satu yang besar-besar dan irregular.
  • Katarak : Penglihatan kabur/tidak jelas.
·         Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).

-   Kesulitan melakukan komunikasi secara visual dengan bahasa tubuh.
-   Klien kesulitan menangkap atau memahami informasi dalam bahasa visual.
- Klien tidak dapat melihat  dan mengetahui tindakan apasaja yang dilakukan padanya, dan  klien hanya dapat merasakannya saja.
C. Syarat-Syarat Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah :
  1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
  2. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
  3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien.
  4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
  5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
  6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
  7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.

2.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Pada Klien Gangguan Penglihatan
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
  2. Periksa lingkungan fisik
  3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
  4. Komunikasikan pesan secara singkat
  5. Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
  6. Dalam merencanakan komunikas, berknsultasilah dengan pihk lain agar ­memperoleh dukungan.
A. Tehnik komunikasi terapeutik.
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula, diantaranya adalah :
  1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
  • Pandang klien ketika sedang bicara
  • Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
  • Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
  • Hindarkan gerakan yang tidak perlu
  • Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
  • Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
  1. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima :
  • Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
  • Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
  • Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
  • Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
  1. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
  1. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
  1. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
  1. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
  1. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
  1. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
  1. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
  1.   Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
  1.   Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
  1.  Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
v  Aplikasi Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Pada suatu siang di sebuah rumah sakit di Surakarta,di suatu bangsal bernama Bangsal Melati terdapat seorang pasien dengan nama saudara S.Pasien mengalami kebutaan sejak lahir.Beberapa hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu dilakukan operaasi di ekstremitas bawah tepatnya di fibula.Lalu perawaat akan melakukan tindakan memberikan obat pada Saudara S.
Di ruang perawat bangsal melati.
Senior                   : “Dik,tolong pasien nomor bed 5 kamar 1 diberi obat,ini               sudah  jamnya minum obat.”( Memegang bahu perawat )
Perawat                :” Iya mbak.”
Perawat mengambil peralatan lalu berjalan menumu ruang pasien.Tiba di ruang pasienn terdapat pasien serta keluarga pasien.
Perawat                : “Selamat siang pak,bu”
Keluarga               : “Selamat siang mbak”.
Perawat                : “Ini sudah waktunya dek S minum obat.”
Keluarga II           : “Oh ya mbak, silakan…”
Perawat                : Selamat siang dik S. (Menyentuh bahu pasien)
Pasien                   : Siang.. Siapa ya? (mengerutkan kening)
Perawat                : Saya Purwanti,masih inget nggak? Ini mbak yang kemarin membantu adik minum obat.
Pasien                   : Oh ya mbak saya ingat,
Perawat                : Gimana dik kabarnya hari ini?
Pasien                   : Umm,baik mbak
Perawat                : Gimana tidurnya semalam?
Pasien                  : Semalam tidurnya kurang nyenyak mbak,kakiku gatel, rasanya cenat-cenut.
Perawat                : Oh,kalau gatel itu biasanya udah mau sembuh,dik
Jangan digaruk ya?
Pasien                   : iya mbak,
Perawat                : Mbak disini mau membantu adik untuk minum obat.
Pasien                   : Obat apa mbak? Untuk apa?
Perawat                : Ini obat untuk mempercepat penyembuhan luka pada kaki           adik. Biar bisa masuk sekolah lagi. Gimana dik, mau dibantu sama mbak?
Pasien                   : Iya mbak mau…
Perawat                : Sekarang adik bangun dulu ya? (sambil membantu pasien bangun). Nah ini diminum, airnya yang banyak biar obatnya cepet larut.
Setelah selesai melakukan tahap kerja, perawat melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil tindakan yang dilakukan, apakah sudah mencapai tujuan.
Perawat                : Gimana dik habis minum obat?
Pasien                   : Pait mbak, nggak enyakkk…
Perawat                : Oh iya dik gak papa,
Kalau adik mau minum obat lagi, mbak nanti kesini lagi. Atau kalau ada apa-apa adik bisa panggil mbak di ruang keperawatan.
Pasien                   : Ya mbak.
Perawat                : Bapak,ibu.. saya permisi kembali ke ruang keperawatan
Selamat siang.
Keluarga               : Ya sus,terima kasih. Selamat siang
Setelah selesai melakukan semua tindakan termasuk evaluasi, perawat melakukan tindakan pendokumentasian.

2.4 Tehnik Komunikasi pada Keadaan Khusus Pendengaran
1.      Pada Klien dengan Gangguan Sensoris Pendengaran
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran:
  1. Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien
  2. Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda
  3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim
  4.  Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet)
  5. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar
  6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
  7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
  1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
  2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
  3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
  4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
  5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan adalah komunikasi yang dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan seorang perawat harus mempelajari dan memahami teknik komunikasi yang dapat digunakan. Sedangkan Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Dengan demikian komunikasi akan terjadi dengan baik dan pesien akan merasa puas, tidak ada keluhan tentang pelayanan, dan memberikan persahabatan serta penyembuhan lebih cepat, disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena dapat memberikan pelayanan yang baik dan penyembuhan.

C.  Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan agar terjadi hubungan terapeutik dengan klien. Walaupun pasien tidak dapat melihat, perawat harus merawat klien dengan baik dan perawat tidak boleh menyepelekan klien tersebut dan mendahulukan kebutuhan klien lain yang tidak mengalami gangguan persepsi sensori, khususnya gangguan penglihatan.