BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa
ini profesi perawat semakin marak.banyak yang membutuhkan tenaga perawat. Baik
di Rumah sakit, balai pengobatan maupun di puskesmas. Untuk menjadi perawat
yang profesional dibutuhkan keterampilan dari segi kemampuan komunikasi ataupun
skill dalam merawat pasien. Agar tujuan bisa tercapai, perlu adanya komunikasi
yang lancar antara pasien dengan perawat. Komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien disebut
komunikasi secara terapeutik.
Tujuan
dari komunikasi ini adalah membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta mengurangi keraguan pada diri pasien. Agar pasien lebih terbuka
sehingga proses penyembuhan dapat berjalan secara efektif.
Komunikasi
juga dapat dilakukan oleh penderita buta dan tuli, dengan mengtahui tehnik
komunikasi dapat mengtahui maksut dan tujuan seseorang yang mengalami gangguan
pendengaran dan penglihtan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Komunikasi?
2.
Bagaimana Teknik-Tehnik Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta dan
Pendengaran?
3.
Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan saat
melakukan komunikasi?
1.3
Tujuan penulisan
Adapun Tujuan
Penulisan Yaitu:
1.
Untuk mengetahui pengertian Komunikasi
2.
Untuk mengetahui Bagaimana teknik-Tehnik
Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta dan Pendengaran
3.
Untuk mengetahui Apa saja hal-hal
yang harus diperhatikan saat melakukan komunikasi
1.4
Manfaat
Penulisan
1.
Kita dapat mengetahui pengertian Komunikasi
2.
Kita dapat mengetahui Bagaimana teknik-Tehnik
Komunikasi Pada Keadaan Khusus Buta dan Pendengaran
3.
Kita dapat mengetahui Apa saja hal-hal yang
harus diperhatikan saat melakukan komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Komunikasi
Menurut
Depkes RI tahun 2001 komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang
dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan
persamaan pikiran antara pengirim dan penerima pesan.Menurut Dale Yoder
dkk,kata communications berasal dari sumber yang sama seperti kata common yang
berarti bersama,bersama-sama dalam membagi ide.
Berdasarkan
tempatnya komunikasi bisa terjadi dimana saja.Baik dalam kehidupan sehari-hari
(komunikasi informal) hingga komunikasi yang bersifat resmi (komunikasi
formal).Dunia kesehatan juga tidak lepas dari komunikasi.Komunikasi di dunia
kesehatan bisa terjadi sesama rekan kerja,perawat dengan klien maupun
sebaliknya.
Komunikasi
yang terjadi di dunia kesehatan sering juga disebut dengan komunikasi secara
terapeutik.Komunikasi terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang
dilakukan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien.
Dalam
melakukan komunikasi tiap pasien mempunyai tingkat kesulitan
masing-masing.Contohnya pada pasien dengan gangguan kebutaan tentu saja akan
berbeda jika dibandingkan dengan pasien biasa.dibutuhkan teknik khusus untuk
membangun kepercayaan antara pasien dengan perawat.
2.2 Tehnik Komunikasi Pada Keadaan
Khusus Buta
A.
Klien dengan Gangguan Penglihatan
Gangguan
penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa
mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain
dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus
hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan
visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung
pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh
karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran
dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh
informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
B.
Teknik
Komunikasi
Berikut
adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan:
- Sedapat mungkin ambil posisi yang
dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan
secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya
- Identifikasi diri anda dengan
menyebutkan nama (dan peran) anda
- Berbicara menggunakan nada suara
normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal
secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi
klien
- Terangkan alasan anda menyentuh
atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien
- Informasikan kepada klien ketika
anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi
- Orientasikan klien dengan suara –
suara yang terdengar disekitarnya
- Orientasikan klien pada
lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru.
v Macam-Macam Penyakit Mata
v Hambatan Komunikasi Pada Klien Yang Buta
- Buta
warna
: Orang yang menderita buta warna tidak mampu membedakan warna dengan
baik. Bagi seorang penderita buta warna, yang nampak hanya warna hitam,
putih , abu abu. Buta warna pada umumnya merupakan penyakit keturunan.
- Rabun
jauh
: Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan baik benda
benda yang jaraknya jauh, tetapi tidak dapat melihat dengan baik benda
benda yang jaraknya dekat. Penderita rabun jauh dapat ditolong
dengan mempergunakan kacamata dengan lensa cembung.
- Rabun
dekat
: Orang yang menderita rabun dekat, dapat melihat dengan baik benda benda
yang jaraknya dekat, tetapi tidak dapat melihat dengan baik benda benda
yang jaraknya jauh. Penderita rabun dekat, dapat ditolong dengan
mempergunakan kacamata
dengan lensa cekung. Perlu
diingat, kebiasaan membaca terlalu dekat pada anak anak dapat mempercepat
terjadinya penyakit rabun dekat.
- Rabun
senja (Xeroptalmia)
: Orang yang menderita rabun senja, tidak dapat melihat dengan jelas mulai
pada waktu senja. Penderita rabun senja banyak menimpa anak anak balita.
Pada era tahun 1960 -1970 banyak anak anak yang menderita rabun senja.
penyebabnya karena kekurangan vitamin
A .
- Astigmatis : Orang
yang menderita astigmatis, tidak dapat melihat benda dengan jelas. Semua
benda yang dilihat akan nampak kabur seperti photo yang tidak tepat fokusnya. Penyakit ini
disebabkan oleh kelainan/kerusakan dari kornea.
- Juling : Orang
yang menderita penyakit ini mudah dikenal, karena biasanya penderita sulit
mengarahkan kedua biji matanya kesatu arah.
- Retinopatia
diabetes :
Tajam penglihatan perlahan-lahan menurun. Pada retina terlihat eksudat
berwarna kekuning-kuningan yang memperlihatkan tanda-tanda akan bergabung
menjadi satu yang besar-besar dan irregular.
- Katarak
:
Penglihatan kabur/tidak jelas.
·
Tunanetra adalah
individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman &
Hallahan adalah individu yang
memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah
dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki
keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada
alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu
prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu
tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara
adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka
belajar mengenai Orientasi dan
Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas
diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta
bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
- Kesulitan
melakukan komunikasi secara visual dengan bahasa tubuh.
- Klien kesulitan menangkap atau memahami
informasi dalam bahasa visual.
- Klien tidak dapat melihat dan
mengetahui tindakan apasaja yang dilakukan padanya, dan klien hanya dapat
merasakannya saja.
C. Syarat-Syarat Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Dalam
melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori
penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga
terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu
syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien
dengan gangguan sensori penglihatan adalah :
- Adanya
kesiapan artinya pesan atau informasi, cara
penyampaian, dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara
matang.
- Kesungguhan artinya
apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan
secara sungguh-sungguh atau serius.
- Ketulusan artinya
sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu lain
pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu
merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien.
- Kepercayaan diri
artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat
berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
- Ketenangan artinya
sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, perawat harus
bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan
adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
- Keramahan artinya
bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi,
karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan
perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
- Kesederhanaan artinya di
dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa,
pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit
akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka
akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.
2.3
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Pada Klien Gangguan
Penglihatan
Agar
komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan
lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
- Dalam berkomunikasi pertimbangkan
isi dan nada suara
- Periksa lingkungan fisik
- Perlu adanya ide yang jelas
sebelum berkomunikasi
- Komunikasikan pesan secara
singkat
- Komunikasikan hal-hal yang
berharga saja.
- Dalam merencanakan komunikas,
berknsultasilah dengan pihk lain agar memperoleh dukungan.
A. Tehnik
komunikasi terapeutik.
Tiap
klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang
berbeda pula, diantaranya adalah :
- Mendengarkan dengan penuh
perhatian
Berusaha
mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian
merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
- Pandang klien ketika sedang
bicara
- Pertahankan kontak mata yang
memancarkan keinginan untuk mendengarkan
- Sikap tubuh yang menunjukkan
perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
- Hindarkan gerakan yang tidak
perlu
- Anggukan kepala jika klien
membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
- Condongkan tubuh ke arah lawan
bicara.
- Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak
berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Berikut ini menunjukkan sikap
perawat yang menerima :
- Mendengarkan tanpa memutuskan
pembicaraan
- Memberikan umpan balik verbal
yang menapakkan pengertian
- Memastikan bahwa isyarat
non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
- Menghindarkan untuk berdebat,
mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
- Menanyakan pertanyaan yang
berkaitan
Tujuan perawat
bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien.
Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan
kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan
pertanyaan secara berurutan.
- Mengulang ucapan klien dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang
kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui
bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
- Klarifikasi
Apabila terjadi
kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi
dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu
memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
- Memfokuskan
Metode ini dilakukan
dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan
dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa
informasi yang baru.
- Menawarkan
informasi
Tambahan
informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi
klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila
ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi
alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika
memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
- Diam
Diam memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan
metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan
menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi
terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi.
Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
- Meringkas
Meringkas adalah
pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini
bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek
penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik
yang berkaitan.
-
Memberikan penghargaan
Memberi salam
pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan
yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan
tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
-
Menawarkan diri
Klien mungkin
belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak
mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan
kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa
pamrih.
- Menganjurkan
klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat
ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif
klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat.
Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala
ansietas.
v Aplikasi Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Pada
suatu siang di sebuah rumah sakit di Surakarta,di suatu bangsal bernama Bangsal
Melati terdapat seorang pasien dengan nama saudara S.Pasien mengalami kebutaan
sejak lahir.Beberapa hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu dilakukan
operaasi di ekstremitas bawah tepatnya di fibula.Lalu perawaat akan melakukan
tindakan memberikan obat pada Saudara S.
Di ruang perawat
bangsal melati.
Senior
: “Dik,tolong pasien nomor bed 5 kamar 1 diberi obat,ini
sudah
jamnya minum obat.”( Memegang bahu perawat )
Perawat
:” Iya mbak.”
Perawat mengambil
peralatan lalu berjalan menumu ruang pasien.Tiba di ruang pasienn terdapat
pasien serta keluarga pasien.
Perawat
: “Selamat
siang pak,bu”
Keluarga
: “Selamat
siang mbak”.
Perawat
: “Ini sudah
waktunya dek S minum obat.”
Keluarga
II : “Oh ya mbak,
silakan…”
Perawat
: Selamat siang dik S. (Menyentuh bahu pasien)
Pasien
: Siang.. Siapa ya? (mengerutkan kening)
Perawat
: Saya Purwanti,masih inget nggak? Ini mbak yang kemarin membantu adik minum
obat.
Pasien
: Oh ya mbak saya ingat,
Perawat
: Gimana dik kabarnya hari ini?
Pasien
: Umm,baik mbak
Perawat
: Gimana
tidurnya semalam?
Pasien
: Semalam tidurnya kurang nyenyak mbak,kakiku gatel, rasanya cenat-cenut.
Perawat
: Oh,kalau
gatel itu biasanya udah mau sembuh,dik
Jangan digaruk
ya?
Pasien
: iya mbak,
Perawat
: Mbak
disini mau membantu adik untuk minum obat.
Pasien
: Obat apa
mbak? Untuk apa?
Perawat
: Ini obat untuk mempercepat penyembuhan luka pada kaki
adik. Biar bisa
masuk sekolah lagi. Gimana dik, mau dibantu sama mbak?
Pasien
: Iya mbak
mau…
Perawat
: Sekarang adik bangun dulu ya? (sambil membantu pasien bangun). Nah ini
diminum, airnya yang banyak biar obatnya cepet larut.
Setelah selesai
melakukan tahap kerja, perawat melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil
tindakan yang dilakukan, apakah sudah mencapai tujuan.
Perawat
: Gimana dik
habis minum obat?
Pasien
: Pait mbak,
nggak enyakkk…
Perawat
: Oh iya dik
gak papa,
Kalau adik mau
minum obat lagi, mbak nanti kesini lagi. Atau kalau ada apa-apa adik bisa
panggil mbak di ruang keperawatan.
Pasien
: Ya mbak.
Perawat
:
Bapak,ibu.. saya permisi kembali ke ruang keperawatan
Selamat siang.
Keluarga
: Ya
sus,terima kasih. Selamat siang
Setelah selesai
melakukan semua tindakan termasuk evaluasi, perawat melakukan tindakan
pendokumentasian.
2.4 Tehnik Komunikasi pada Keadaan Khusus
Pendengaran
1. Pada Klien dengan Gangguan Sensoris
Pendengaran
Pada
klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang
dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya.
Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan
komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.
Teknik Komunikasi
Berikut
adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan
pendengaran:
- Orientasiakan
kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan
klien
- Gunakan
bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien
membaca gerak bibir anda
- Usahakan
berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh
dan mimik wajah yang lazim
- Jangan
melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet)
- Bila mungkin
gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar
- Gunakan
bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
- Apabila ada
sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam
bentuk tulisan atau gambar (simbol).
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu
berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
- Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
- Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
- Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
- Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
- Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk
isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah
sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat
dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep
dari sesuatu yang abstrak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi
pada klien dengan gangguan penglihatan adalah komunikasi yang dilakukan secara
verbal maupun nonverbal. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami
gangguan penglihatan seorang perawat harus mempelajari dan memahami teknik
komunikasi yang dapat digunakan. Sedangkan Pada klien dengan gangguan
pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual.
Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi
dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat
penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya
sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Dengan
demikian komunikasi akan terjadi dengan baik dan pesien akan merasa puas, tidak
ada keluhan tentang pelayanan, dan memberikan persahabatan serta penyembuhan
lebih cepat, disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena
dapat memberikan pelayanan yang baik dan penyembuhan.
C. Saran
Perawat
harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan agar terjadi hubungan
terapeutik dengan klien. Walaupun pasien tidak dapat melihat, perawat harus
merawat klien dengan baik dan perawat tidak boleh menyepelekan klien tersebut
dan mendahulukan kebutuhan klien lain yang tidak mengalami gangguan persepsi
sensori, khususnya gangguan penglihatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar